>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (8): Alloh Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa Menyertai Kita

Leave a comment

>

Dalam bukunya “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” Asy Syaikh hafizahullohu menjelaskan kepada kita bahwasannya Alloh Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa menyertai kita. Untuk lebih jelasnya, marilah kita ikuti pembahasannya bersama-sama. 
Apakah Alloh bersama kita?
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala bersama kita dengan ilmu-Nya. Darilnya Firman Alloh: 
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
“Dan Alloh bersama kalian di mana saja kalian berada.” (QS. Al Hadid: 4).
Dan Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ
“Dan Dia-lah Alloh (yang disembah) baik di langit maupun di bumi, yang mengetahui segala yang kalian rahasiakan dan yang kalian tampakkan dan mengetahui pula segala apa yang kalian usahakan.” (QS. Al An’am: 3).

Ibnu Katsir rohimahullohu berkata:
“Maksud ayat di atas adalah, bahwasannya Dialah Alloh yang mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi baik perkara yang tersembunyi maupun yang nampak.”
 Pelajaran yang bisa kita ambil dari pembahasan ini adalah:
  1. Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersama kita dengan Ilmu’Nya.
  2. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tanpa terkecuali.
  3. Setiap perkara, baik yang nampak maupun rahasia, pastilah diketahui oleh-Nya. Sepintar apapun kita menyimpan suatu rahasia, maka ketahuilah bahwa ada yang mengetahui rahasia tersebut, yaitu Alloh. Walaupun tidak seorang pun tahu, tetapi Alloh Maha Mengetahui.
Allohu A’lam.

>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (7): Dimanakah Alloh?

Leave a comment

>

Dalam bukunya “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” Asy Syaikh hafizahullohu menjelaskan kepada kita tentang satu perkara yakni dimanakah Alloh. Selama ini banyak pendapat yang berkembang bahwa ada yang menyebut Alloh itu berada di atas langit. Ada juga yang menyebut Alloh ada di dalam hati kita. Ada pula yang menyebut Alloh ada di mana-mana. Pertanyaannya, yang manakah yang benar?
Dimanakah Alloh?
Alloh ada di atas langit, beristiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy-Nya. Dalilnya Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ
“Apakah kamu merasa aman terhadap Alloh yang ada di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?” (QS. Al-Mulk: 16).

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Ar Rahman (Alloh yang Maha Pemurah) beristiwa’ di atas ‘Arsy” (QS. Thaha: 5).
Dan hadits Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Robb kita Tabaraka Wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia tatkala sepertiga malam terakhir, seraya mengatakan: “Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan, barangsiapa yang meminta kepada-Ku pasti akan Aku beri dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.”
(Muttafaq ‘Alaihi)
Pelajaran yang bisa kita ambil dari pembahasan ini adalah:
  1. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala ada di atas langit.
  2. Alloh Subhanahu wa Ta’ala beristiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy.
  3. Sepertiga malam terakhir merupakan salah satu waktu dikabulkannya do’a seorang Hamba Alloh.
Wallohu A’lam bi Showab.

>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (6): Pengertian Ibadah

Leave a comment

>

thawaf
Dalam bukunya “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” Asy Syaikh hafizahullohu menerangkan tentang pengertian ibadah. Berikut adalah pembahasannya:
Apa Pengertian Ibadah?
Ibadah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Dalilnya Firman Alloh:
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Alloh tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az Zumar: 7)

Pelajaran yang dapat kita ambil dari pembahasan yang amat sangat singkat dan padat ini adalah:
  • Segala sesuatu yang diridhai dan dicintai Alloh Subhanahu Wa Ta’ala maka itulah yang disebut ibadah.
Allohu A’lam bi Showab.

>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (5): Menggambar Makhluk Bernyawa

Leave a comment

>

Dalam bukunya “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” Asy Syaikh hafizahullohu menerangkan tentang hukum menggambar makhluk bernyawa. Berikut adalah pembahasannya:
1. Apa hukum menggambar makhluk yang bernyawa?
Menggambar makhluk yang bernyawa termasuk dosa besar. Dalilnya hadits Abdullah bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya orang yang adzabnya paling dahsyat siksaannya pada hari kiamat adalah orang-orang yang menggambar (makhluk bernyawa).”
(Muttafaq ‘Alaihi)
Dan dalam hadits Abu Juhaifah rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata:
“Rosululloh melarang dari uang hasil jual beli anjing, jual beli darah…..dan Rosululloh melaknat orang-orang yang menggambar makhluk bernyawa.”
(HR. Bukhari). 

2. Apa kaitannya menggambar makhluk bernyawa dengan kesyririkan?
Sesungguhnya menggambar makhluk bernyawa adalah bentuk penciptaan, sehingga seorang yang menggambar telah meniru dan menyamai Alloh dalam masalah penciptaan. Dalilnya hadits Aisyah rodhiyallohu ‘anha, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Orang yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah orang yang meniru ciptaan Alloh.”
(Muttafaq ‘Alaihi). 
Dan hadits Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: Alloh Ta’ala berfirman:
“Siapa lagi yang paling zhalim dari orang-orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku.”
(Muttafaq ‘Alaihi). 
Pelajaran yang bisa kita ambil dari pembahasan ini adalah:
  1. Menggambar makhluk bernyawa adalah dosa besar. 
  2. Adzab yang paling keras adalah meniru ciptaan Alloh (dengan cara menggambar makhluk bernyawa). 
  3. Kezhaliman yang amat keras bagi perupa ciptaan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (4): Hak Alloh dan Pengertian Syirik

Leave a comment

>

Dalam bukunya “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” Asy Syaikh hafizahullohu menguraikan pembahasan tentang makna syahadat “Hak Alloh” dan “Bahaya Syirik”. Berikut pembahasannya:
1. Apa Hak Alloh yang harus ditunaikan oleh hamba-Nya?
Hak Alloh yang harus ditunaikan oleh hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dalilnya hadits Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu ‘anhu, bahwasannya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Hak Alloh atas hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Sedang hak seorang hamba atas Alloh. bahwa Alloh tidak akan mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” 
(HR. Bukhari). 

2. Apakah Syirik itu?
Syirik adalah beribadah kepada selain Alloh Azza Wa Jalla. Setiap ibadah yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi Alloh, tatkala dipalingkan kepada selain Alloh adalah perbuatan syirik. 
Dalilnya Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
“Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An Nisa’: 36). 
Pelajaran yang bisa kita ambil dari sini adalah:
  1. Hak Alloh yang harus ditunaikan hamba-Nya adalah beribadah hanya kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Apakah itu patung, kuburan atau benda-benda pusaka. 
  2. Hak seorang hamba atas Alloh adalah, Dia tidak akan mengadzab orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. 
  3. Ibadah yang ditujukan kepada selain Alloh, entah itu untuk patung, keris, kuburan, atau apapun, maka itu adalah perbuatan syirik. 

Wallohu A’lam bi Showab

>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (3): Dua Kalimat Syahadat

Leave a comment

>

Dalam bukunya “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” Asy Syaikh hafizahullohu menguraikan pembahasan tentang makna syahadat “Laa Ilaaha Illallohu” dan Syahadat “Muhammadur Rosululloh”. Seperti apakah uraian yang disebutkan oleh Asy Syaikh? Marilah kita ikuti bersama:
1. Apa makna kalimat “Laa Ilaaha Illalloh”?
Makna kalimat “Laa Ilaaha Illalloh” adalah tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi kecuali Alloh. Dalilnya Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan (Yang Haq) melainkan Alloh.” (QS. Muhammad: 19).
Dan Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ
“(Kuasa Alloh) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Alloh, Dialah (sesembahan) Yang Haq.” (QS. Al Hajj: 62).

2. Apa Makna “Muhammadur Rosululloh”?
Maknanya, beliau adalah rosul yang diutus oleh Alloh kepada manusia secara menyeluruh, baik dari kalangan jin dan manusia. Dalilnya Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ
“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya.” (QS. Saba’: 28).
Dan dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Dan aku diutus kepada manusia seluruhnya….”
(HR. Muslim).
Dan merupakan suatu kewajiban bagi kita semua untuk mentaati dan membenarkan beliau serta menjauhi semua yang beliau larang. Dalilnya firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
“Inilah yang dijanjikan (Alloh) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rosul-rosul (Nya).” (QS. Yasin: 52).
Dan dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata, “Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Apa-apa yang aku larang kepada kalian daripadanya maka tinggalkanlah dan apa-apa yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah dengan segenap kemampuan kalian.”
(Mutafaq ‘alaih).
Pelajaran yang bisa kita ambil dari pembahasan/uraian ini adalah:
  1. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala adalah sesembahan yang haq (benar). Adapun sesembahan-sesembahan selain dari Alloh (contohnya: patung, pohon, kuburan) adalah bathil.
  2. Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam diutus untuk seluruh umat, baik dari kalangan jin maupun manusia.
  3. Mentaati Rosululloh adalah suatu kewajiban.

>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (2): Kewajiban Pertama Seorang Hamba

Leave a comment

>

Dalam buku “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” Asy Syaikh hafizahullohu menyebutkan, “Apabila ditanyakan kepadamu: Kewajiban apa yang pertama kali harus dilakukan seorang hamba?” 
Kewajiban pertama yang harus dilakukan oleh seorang hamba adalah mempelajari tauhidulloh (mengesakan Alloh Azza Wa Jalla dalam beribadah).
Dalilnya hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, beliau berkata, “Tatkala Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengutus Mu’adz bin Jabal ke  negeri Yaman, Beliau berkata kepada Mu’adz:
“Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari kalangan Ahlul Kitab, maka hendaknya yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Alloh (mengesakan Alloh dalam beribadah).”
(HR. Bukhari (Fathul Baari, 3/261) dan Muslim (no. 14, bab “Ad Du’a ila asy-syahadatain.” Ini adalah lafadz Imam Bukhari).
Pelajaran yang bisa kita ambil dari pembahasan yang sangat singkat ini adalah:
  1. Tauhid adalah prioritas utama dan pertama.
  2. Hendaknya yang pertama kali disampaikan (didakwahkan) kepada umat adalah Tauhid.

>Penjelasan Syaikh Yahya atas Surat Ali Imran ayat 85

Leave a comment

>

penang-bridge
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).
Asy Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu menerangkan tentang ayat di atas dalam buku beliau berjudul “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” sebagai berikut:
Islam adalah Ash Shirath Al-Mustaqim (jalan yang terbentang lurus –red). Dalilnya hadits Nawas bin Sam’an rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata:
“…Ash Shirath adalah Islam….”
(HR. Imam Ahmad (4/182), dan hadits ini hadits shahih).

 Barangsiapa yang kokoh di atasnya (yakni di atas agama Islam) maka dia akan kokoh –Insya Alloh- di atas Ash Shirath, yaitu jembatan yang membentang di atas Jahannam. Dalilnya Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Robb-mu adalah suatu keharusan yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 71-72).
Dan hadits Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“…Dan diutuslah amanah dan rahmat, kemudian keduanya berdiri di kedua tepi Shirath, kanan dan kiri. Maka melintaslah orang yang pertama bagaikan (kecepatan) petir, kemudian seperti angin, kemudian seperti burung dan laki-laki yang tangguh, mereka melintas sesuai dengan amalannya….hingga melemah amalan-amalan seorang hamba….dan di kedua ujung Ash Shirath terdapat Kalalib yang tergantung dan diperintahkan untuk mencabik-cabik orang yang dia disuruh untuk menyiksanya, hingga ada diantaranya yang tercabik-cabik namun selamat dan ada yang terlempar ke dalam neraka.”
(HR. Muslim).
Kalalib adalah besi yang bengkok atasnya, biasanya digunakan untuk mengambil daging dari periuk.
Dan dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari dari hadits Abu Sa’id Al Khudri rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Didatangkan Al-Jasru (jembatan), kemudian dibentangkan diantara dua punggung Jahannam.” Kami pun bertanya, “Wahai Rosululloh, apa itu Al Jasru?” Beliau menjawab, “Al Jasru adalah jembatan yang sangat licin dan menggelincirkan, di atasnya terdapat Khaththif dan Kalalib….maka diantaranya ada yang berhasil melintas dengan selamat, ada yang berhasil melintas namun tercabik-cabik dan ada pula yang terlempar ke neraka Jahannam.”
Dalam pembahasan ini, sepintas kita melihat ada jembatan “Ash Shirath” yaitu jembatan yang membentang di atas neraka Jahannam. Keberadaan “Ash Shirath” ini merupakan salah satu bagian daripada Iman kepada Hari Akhir dimana setelah manusia dibangkitkan, lalu mengalami fase hisab dan Ash Shirath ini adalah bagian yang dilewati atau bisa juga sebagai suatu penentuan apakah seorang hamba akan selamat ataukah akan celaka. Wallohu A’lam.

>Tanya Jawab bersama Syaikh Yahya Al Hajuri hafizahullohu (1): Mengenal Alloh, Agama Islam dan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam

Leave a comment

>

Tanya Jawab ini diambil dari kitab beliau berjudul “Mabadiul Mufidah fy at-Tauhid wa Al Fiqih wa Al-Manhaj” (judul terjemahan: “Mengenal Dasar-Dasar Tauhid, Fiqih, & Aqidah” terbitan Maktabah Al Ghuroba – Solo)
1.  Siapakah yang telah menciptakanmu?
Yang menciptakanku adalah Alloh Azza Wa Jalla dan Dia lah yang menciptakan semua makhluk yang ada. Dalilnya adalah Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
“Alloh menciptakan segala sesuatu.” (QS. Az Zumar: 62).
2.  Siapakah Robb-Mu?
Alloh adalah Robb-ku sekaligus Robb segala sesuatu. Dalilnya adalah Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ
“Katakanlah: Apakah aku akan mencari Robb selain Alloh, padahal Dia adalah Robb bagi segala sesuatu?”” (QS. Al An’am: 164).
Dan Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala Puji bagi Alloh, Robb semesta alam.” (QS. Al Fatihah: 2).

3. Untuk Apakah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menciptakanmu?
Alloh menciptakan kami agar kami beribadah hanya kepada-Nya. Dalilnya adalah Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (mentauhidkan-Ku).” (QS. Adz Dzariyat: 56).
4. Apa agamamu?
Agamaku adalah Islam yang benar. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Alloh hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19).
Dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ
“Dialah yang telah mengutus Rosul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar.” (QS. At Taubah: 33).
Dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).
5. Siapakah Nabimu?
Nabiku dan sekaligus Nabi seluruh umat ini adalah Muhammad Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, akan tetapi dia adalah Rosululloh dan penutup para nabi.” (QS. Al Ahzab: 40).
Dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah), dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al Jumu’ah: 2).
Dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Alloh dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al A’raf: 158).
Dari penjelasan Syaikh hafizahullohu di atas, dapat kita ambil beberapa pelajaran, antaralain:
  1. Robb kita adalah Alloh, dan Dia adalah pencipta seluruh alam semesta. 
  2. Agama kita adalah Islam dan Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga siapapun yang mencari agama selain daripada Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agamanya itu.
  3. Muhammad Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam (lengkapnya, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib) adalah Nabi kita dan Nabi seluruh umat ini.
  4. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam adalah penutup para Nabi dan Rosul sehingga jika ada suatu ajaran yang meyakini bahwa ada nabi setelah Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, sebagaimana Ahmadiyah dan Al Qiyadah Al Islami, maka ketahuilah bahwa keyakinan itu adalah batil.

>Empat Perkara Wajib

1 Comment

>

Kita semua tahu bahwa Tauhid adalah perkara utama yang wajib dipelajari oleh setiap manusia. Para Nabi dan Rosul tidaklah memulai dakwahnya kecuali dengan Tauhid sebagaimana difirmankan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam Firman-Nya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Alloh saja dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. An Nahl: 36).
Namun demikian, ternyata ada empat permasalahan yang pada hakikatnya juga wajib kita pelajari. Apa saja sih keempat permasalahan itu?

Empat permasalahan yang wajib dipelajari oleh setiap manusia adalah:
1. Ilmu, yaitu mengenal Alloh, mengenal Nabi-Nya dan mengenal Agama Islam dengan dalil-dalilnya.
Dalam dzikir pagi dan petang ada satu lafadz yang bunyinya: “Aku ridha (rela) Alloh sebagai Robb-ku, Islam sebagai Agamaku, dan Muhammad adalah hamba dan utusan Alloh.” Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka hak Allah memberikan keridhaanNya kepadanya pada hari Kiamat.”
(HR. Ahmad 4/337, An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 4 dan Ibnus Sunni no. 68. Abu Daud 4/418, At-Tirmidzi 5/46. Sanadnya hasan).
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rohimahullohu berkata:
“Hendaknya kamu mengetahui masalah ini pertama kali. Yakni kamu mengenal Alloh Ta’ala, mengenal Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan mengenal agama kalian dengan dalil-dalilnya, dengan apa yang dikatakan oleh Alloh dan Rosul-Nya, bukan dengan akal, juga bukan dengan perkataan si Fulan, akan tetapi dengan dalil-dalil dari ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Rosululloh. “
(Syarhu Ats-Tsalatsatil Ushul).
2. Amal, yaitu mengamalkan ilmu tersebut.
Ilmu yang sudah kita pelajari itu nggak mungkin dong kalo disimpan begitu saja? Pastinya, ilmu itu bakal diamalkan. Ilmu adalah obat kebodohan. Kalo diibaratkan, kita menuntut ilmu itu seperti berobat ke dokter, cuma bedanya kalo ke dokter untuk mengobati penyakit maka dalam hal ilmu kita mengobati kebodohan. Kita menuntut ilmu dari seorang guru/ustadz dan merekalah “dokter” yang kita tuju untuk mengobati kebodohan.
Biasanya seorang dokter menuliskan resep obat yang harus diminum oleh pasiennya. Adapun guru/ustadz mengajarkan suatu ilmu yang harus kita amalkan. Sebagai contoh, mereka mengajarkan tentang sifat sholat dan wudhu nabi maka kita harus mengamalkan/mempraktikkannya, seperti orang yang minum obat dari resep dokter itu. Mana mungkin bisa sembuh penyakit yang kita derita kalo resep obat itu cuma disimpan di dalam laci, atau sekedar dibaca-baca saja?? Tentu saja kalo mau sembuh ya harus diminum, sesuai dengan ketentuannya. Bisa 2x atau 3x sehari. Bisa juga sebelum atau sesudah makan.
Demikian pula dengan ilmu. Kalo yang dipelajari sifat wudhu nabi, maka kita harus praktikkan gimana sih cara wudhu yang sesuai dengan tuntunan nabi? Gimana caranya membasuh kedua telapak tangan, berkumur dan memasukkan (lalu mengeluarkan) air dari hidung, membasuh dahi dsb?? Semua itu harus dipraktekin sebagaimana yang sudah kita pelajari. Bukan cuma dibaca-baca atau dilihat-lihat gambarnya saja.
Disebutkan dalam suatu riwayat, dari Muhammad bin Al Husain Al Qaththan mengabarkan kepada kami, Da’laj bin Ahmad memberitahu kami, Muhammad bin Ali bin Zaid Ash Sha’igh meriwayatkan kepada mereka, Hujjaj (anak laki-lakinya Muawiyah) meriwayatkan kepada kami dari Abu Ishaq, ia berkata, “Umar bin Al Khaththab berkata:
“Janganlah kalian terpedaya dengan orang yang membaca Al Qur’an. Sesungguhnya Al Qur’an itu hanyalah ucapan yang biasa kita ucapkan. Akan tetapi perhatikanlah orang yang mengamalkannya.”
(Al Khatib Al Baghdadi, Iqtidha Al ‘Ilm Al ‘Amal no. 109).
3. Dakwah, yaitu mendakwahkan ilmu tersebut.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala semisal pahala orang yang mengikuti petunjuk tersebut tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa mereka.”
(HR. Muslim).
Fase selanjutnya adalah dakwah, yaitu mengajak manusia untuk mengamalkan ilmu yang udah kita pelajari dan kita amalkan lebih dulu. Dakwah jelas nggak boleh asal-asalan. Dia harus disertai dan dibangun di atas ilmu, sebagaimana Firman Alloh Ta’ala:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108).
Dan “hujjah” yang disebut dalam ayat ini tentu saja ilmu.
4. Sabar, yaitu bersabar atas berbagai gangguan di dalamnya.
Setelah kita mendakwahkan (mengajarkan) ilmu itu kepada orang, maka langkah selanjutnya adalah sabar. Sabar adalah menahan jiwa (nafsu) untuk tetap berada di atas ketaatan kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, menahannya dari bermaksiat kepada-Nya, dan menahannya dari keluh kesah terhadap takdir Alloh, sehingga ia menahan jiwanya dari perasaan marah, jengkel dan bosan.
Senantiasa dalam keadaan semangat dalam berdakwah, menyeru manusia untuk masuk ke dalam agama Alloh meskipun ia disakiti. Karena mengganggu para da’i yang menyeru kepada kebaikan itu sudah menjadi sifat setiap orang kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Alloh, sebagaimana Firman-Nya:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rosul-rosul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Alloh. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rosul-rosul itu.” (QS. Al An’am: 34).

كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
“Demikianlah tidak seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila”.” (QS. Adz Dzaariyat: 52).

Nah, coba kita perhatikan baik-baik, para nabi dan rosul saja mendapat tantangan yang begitu berat dalam berdakwah tapi mereka tetap sabar dan tawakal kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Coba perhatikan betapa beratnya siksaan yang ditimpakan kepada Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam waktu beliau dakwah di Makkah sebelum hijrah?? Nggak cuma tuduhan “orang gila” tapi juga lemparan benda-benda seperti batu hingga kotoran unta dilayangkan kepada Beliau, tetapi Beliau tetap sabar hingga datang pertolongan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Memang pertentangan apapun bentuknya, mulai sekedar interupsi-interupsi kecil sampe gangguan-gangguan yang bahkan bisa mengancam keselamatan kita, itu biasa terjadi kepada seseorang yang menyeru kepada Alloh dan Rosul-Nya. Memang sifat manusia (kecuali mereka yang diberi petunjuk oleh Alloh) adalah selalu maunya bertentangan, apa itu ke kanan atau ke kiri, nggak pernah mau lurus ke depan.
Jadi nggak usah ambil pusing lah, toh kita kan udah berusaha, di dengar dan diikuti ya  syukur alhamdulillah. Nggak juga itu urusan mereka sama Alloh. Mereka mau menuduh kita apa juga yang penting kita sabar sambil memohon pertolongan Alloh supaya mereka diberikan petunjuk. Ya, memang benar mau masuk neraka itu lebih gampang daripada mau masuk surga.

Faidah dan Pelajaran.
Dari pembahasan ini kita bisa ambil pelajaran antaralain:
1. Empat perkara yang wajib diketahui oleh setiap manusia adalah ilmu, amal, dakwah dan sabar.
2. Ilmu yang pertama kali harus diketahui dan dipelajari adalah Mengenal Alloh, Mengenal Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, dan mengenal Agama Islam beserta dalil-dalilnya baik dari Al Qur’an maupun Hadits.
3. Mengamalkan ilmu adalah perkara penting yang tidak boleh diremehkan. Karena bermanfaat atau tidaknya ilmu itu dilihat dari cara kita mengamalkannya.
4. Ilmu yang sudah kita pelajari dan kita amalkan itu hendaknya diajarkan (didakwahkan) kepada orang lain. Keutamaan mendakwahkan ilmu itu kepada orang lain adalah ia akan mendatangkan kebaikan bagi kita dan orang itu. Akan tetapi dakwah tetap harus dilandasi dengan ilmu.
5. Anjuran untuk bersabar atas ilmu yang kita ajarkan (dakwahkan) itu karena sifat dasar manusia yang selalu ingin bertentangan dengan kebenaran (kecuali orang yang telah Alloh beri petunjuk). Para Nabi dan Rosul pun mendapatkan pertentangan yang sangat berat, mulai dari tuduhan orang gila hingga lemparan kotoran unta.
Wallohu A’lam bi Showab.
________________________
Referensi:
Al Qur’an dan Terjemahan. Hadits Web 3.0.
Al Anshori, Muhammad At Thayyib. 2006. Cara Mudah Memahami Ushuluts Tsalatsah (soal Jawab tentang Tiga Landasan Utama). Darul Ilmi – Yogyakarta.
Al Baghdadi, Al Khathib. 2004. Ilmu dan Amal, Telaah Kritis Hadits-Hadits tentang Kewajiban Mengamalkan Ilmu dan Ancaman Bagi yang Mengabaikannya (Tahqiq: Muhammad Nashiruddin Al Albani). Najla Press – Jakarta.
Al Utsaimin, Muhammad bin Sholih dan Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. 2009. Syarhu Ats Tsalatsatil Ushul, Penjelasan 3 Landasan Pokok yang Wajib Diketahui Setiap Muslim. Maktabah Al Ghuroba – Solo.